Maafkan, Ibun

Tidak memakan waktu lama untuk sampai di Kota Bandung, karena perjalanan yang lancar dan sepi akan kendaraan. Gavra memarkirkan mobilnya di rumah sakit dimana Ibun di rawat. Selama perjalanan Gavra menceritakam dari awal kenapa Ibun bisa sakit hingga sekarang, dan juga Alula yang menceritakan tumbuh kembang calon buah hatinya di kandungan selama mereka berdua berpisah.

“Yuk, turun? Kamu tunggu sini biar aku bukain pintunya ya?” Gavra segera turun dari mobil dan berjalan ke pintu mobil sisi sebelah kiri untuk membukakan pintu Alula.

“Alay banget kamu, orang aku bisa sendiri,” Alula mencibir Gavra yang sedang mengulurkan tangannya. Ia menerima uluran tangan Gavra dan turun dari mobil perlahan.

“Nanti tangan kamu capek, sini tas nya juga aku yang bawa. Berat kasian kamu sama bubboo,” Gavra menggenggam tangan Alula setelah menutup pintu mobil dan mengambil alih tas milik Alula dan membawanya.

“Serius kamu lama ditinggal jadi alay gini kah? Aku ga kenapa-napa ih,” Alula membalas genggaman tangan Gavra dan mengikuti Gavra masuk ke dalam rumah sakit menuju ruang rawat Ibun. Gavra hanya terkekeh menanggapi Alula.

Mereka berdua berjalan menujur ruang perawatan Ibun sambil bergandengan tangan menyusuri lorong rumah sakit yang cukup ramai. Alula memperhatikan tangannya yang digenggam oleh Gavra, dan sedikit tersenyum saat Gavra mengusap punggung tangannya dengan ibu jarinya.

Sesampainya di depan pintu ruang perawatan Ibun, Gavra segera membuka pintunya dan menuntun Alula untuk masuk ke dalam. Alula menghirup udara dalam-dalam dah menghembuskannya perlahan sambil berjalan masuk ke dalam ruang perawatan mengikuti Gavra dari belakang.

“Nak Alula, udah dateng.. Sini nak, ibun dari tadi udah nungguin kamu,” Sapa Ayah Gavra sambil menghampiri Alula. Gavra sudah melepaskan genggaman nya memberi ruang untuk Alula bertemu dengan Ibun.

Alula menoleh ke arah Gavra memberikannya tatapan penuh arti, Gavra mengerti apa yang Alula pikirkan dan hanya tersenyum menanggapinya, mengangguk kecil memberi isyarat untuk Alula berbicara dengan Ibun. Alula mengangguk mengiyakan isyarat Gavra dan berjalan menghampiri Ibun yang terbarung di ranjang rumah sakit.

“N-nak Alula..” panggil ibun dengan suara serak sambil berusaha bangun dari ranjang nya.

“Ga usah bangun, Bun. Tiduran aja, biar Alula duduk disini,” Dengan sigap Alula membantu ibun untuk kembali tiduran.

Alula duduk di samping ranjang rumah sakit yang ibun tiduri, lalu tersenyum tipis menatap ke arah ibun. Perlahan ibun mengangkat tangan kanan nya dan mengulurkan nya ke arah perut buncit Alula. Menyadari akan itu, Alula membantu tangan Ibun untuk menyentuh perutnya membiarkan ibun mengusapnya dengan lembut.

“C-cucu pertama i-ibun, sehat-sehat ya n-nak, maafkan ibun,” Ucap ibun terbata-bata sambil meneteskan air matanya, perlahan membasahi pipinya yang tampak tirus.

“Alula udah maafin ibun. Jadi kalo mau ketemu sama cucu pertama ibun, cepat sehat ya bun?”