Seutuhnya

Mata Ghaizka menyusuri sekeliling daerah tempat dimana Genta mengajaknya untuk bertemu. Ia kembali membuka ponsel nya untuk mengirim pesan untuk Genta lagi, karena yang ditemui belum menunjukkan batang hidung nya. Ghaizka menghela napas kasar lalu mengusap wajahnya.

“Ghaizka!!” Panggil dari orang yang ia tunggu, Ghaizka langsung berbalik badan ke arah sumber suara sambil memasukkan ponsel nya ke dalam tas nya. Lalu Ghaizka menghampiri Genta yang baru saja keluar dari sebuah restoran ia pikir.

“Mau ngapain ngajak ketemuan disini deh? mana jauh banget, gojek gue mahal.” ucap Ghaizka sedikit ngedumel di hadapan Genta yang sedang terkekeh menatap Ghaizka yang sedang ngedumel dengan wajah yang merah karena cuaca yang panas terik.

“Ini minum dulu, sambil jalan masuk.” Genta menyerahkan botol minum berisi air dingin yang langsung di terima oleh Ghaizka. Genta berjalan terlebih dahulu yang disusul Ghaizka yang sambil meminum air dari botol minum yang di berikan oleh Genta barusan.

Genta menoleh sekilas menatap Ghaizka yang masih meminum air yang ia berikan, lalu menampilkan senyum miring saat ia mengalihkan pandangan nya kedepan sambil terus melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam gedung tujuannya. Ghaizka menghabiskan air minum yang Genta berikan barusan. Namun, seketika ia merasa perutnya sangat terasa aneh.

“Taa.. Genta..” Panggil Ghaizka dengan nada pelan. Genta pun menghentikan langkahnya dan menoleh berbalik badan menghadap Ghaizka yang berdiri di hadapan nya. Ghaizka pun mulai terlihat pucat dengan keringat dingin yang membasahi pelipis nya.

“Ini lo ngasih gue minum apaan sih? Kok gue langsung ga enak gitu badan gue deh? Panas banget rasanya,” ucapnya dengan nada pelan. Nafas Ghaizka pun mulai tidak beraturan. Genta pun nampak khawatir lalu langsung mendekat ke arah Ghaizka.

“Hah? itu air mineral biasa kok. Ga enak gimana badannya? yaudah istirahat di dalem aja,” Ucap Genta dengan nada khawatir lalu langsung menggendong Ghaizka Bridal Style dan membawanya masuk ke dalam gedung tersebut.

Ghaizka pun mulai merasakan pandangan nya yang mulai kabur dan hanya bisa menatap bayang bayang Genta yang menggendong nya sambil membawanya masuk. Tubuhnya mulai berkeringat dan Ghaizka pun mulai menggeliat di gendongan Genta karena tubuhnya yang terasa sangat panas. Ghaizka meremas baju kemeja milik Genta, namun di hiraukan oleh Genta.

Genta pun membawa Ghaizka masuk ke dalam ruangan kosong bernuansa merah yang merupakan ruangan yang Genta sewa untuk bertemu dengan Ghaizka. Genta pun menidurkan badan Ghaizka di atas sofa panjang disana. Ghaizka yang masih setengah sadar pun sedikit kebingungan dan berusaha berontak saat menyadari Genta yang berada di atasnya.

“Taa.. Lo ngapain sihh?” tanya Ghaizka dengan nada lirih karena tubuh nya yang sangat lemas dan panas efek minuman yang di berikan Genta tadi yang di campur oleh obat perangsang. Genta hanya tersenyum dan menindih badan Ghaizka dan menahan kedua tangan nya agar berhenti berontak. Genta pun kembali menampilkan seringaian nya sambil mencengkram pergelangan tangan Ghaizka.

“Gue cuma mau milikin lo seutuhnya aja kok, lo murahan jadi jangan sok jual mahal sama gue,” ucap Genta dengan sedikit penekanan di setiap perkataan nya. Ghaizka pun meneteskan air matanya setelah mendengar jawaban Genta. Ia berusaha berontak melepaskan pegangan Genta di pergelangan tangan nya, namun tenaga nya tidak mampu untuk melawan Genta di tambah efek obat yang membuatnya lemas.

“Gue gabakal main kasar kalo lo diem, cantik..” ucap Genta dengan nada lembut sambil mengusap pipi kanan Ghaizka dengan sangat lembut. Bukannya menenangkan malah semakin membuat Ghaizka semakin ketakutan. Ghaizka hanya bisa menangis karena ia pun tidak bisa berontak.

Hanif, please..Gue mohon tolongin gue.

tanpapena